Oleh D.Wijaya
Belum lama dipercaya menjabat manajer pada satu Bank swasta, penulis sempat mendapat pengalaman menerima telepon dari seseorang yang mengaku dirinya kerabat pemegang saham. Tanpa banyak basa basi penelepon tadi meminta untuk diberitahu berapa saldo simpanan kerabatnya itu. Untuk permintaan itu, atas nama kerahasiaan data nasabah, saya tidak bersedia memberitahu kepadanya. Akhirnya… dengan nada tinggi terdengar suara dari seberang telepon “bapak tahu… saya ini keluarga dari pemilik bank ini …” langsung menutup gagang teleponnya dengan keras.
Kita semua mungkin pernah mengalami hal serupa diatas, pastinya dapat dengan jelas “melihat” wajah penelepon itu, bisa merasakan suasana hatinya yang kecewa dan juga raut wajahnya “terlihat” memerah marah, walau kita tidak berada didepannya. Kemarahannya dengan jelas terlihat padahal kita bicara lewat telepon. Demikian juga sebaliknya, ketika kita mengabulkan apa yang mereka minta, senyumannya terlihat mengembang di wajahnya, tercermin dari suaranya yang lembut walau lawan bicara tidak bersama kita.
Kondisi lainnya, pernahkah kita memberikan sedekah pada orang buta? bagaimana cara kita menyerahkan sedekah itu, apakah diserahkan sambil membimbing tangannya, sementara tangan satunya memengang pundaknya, atau dikasikan begitu saja digeletakkan di dekatnya, dengan raut wajah tidak iklas?. Orang buta dalam ilustrasi ini, dengan jelas dapat “melihat” mana pemberian yang tulus, baik hati, mana yang sebaliknya.
Demikianlah, benar dikatakan Mark Twain “Kindness is the language which the deaf can hear and the blind can see” bahwasanya kebaikan itu adalah satu hal yang bisa didengar orang tuli dan juga bisa dilihat oleh orang buta sekalipun.
Siapa Mark Twain,
Mark Twain adalah nama pena dari Samuel Langhorne Clemens, lahir pada 30 November 1835 berkebangsaan Amerika Serikat dan wafat pada 21 April 1910. Ia adalah seorang novelis ternama, penulis, seorang humoris, pengusaha, penerbit, dan juga seorang pengajar. Banyak ilmu yang dimiliki dan berbagai profesi dia geluti.
Twain muda, sudah bekerja sebagai juru cetak di sebuah percetakan, dan sudah mulai suka menulis pada surat kabar Amerika. Sebagai pemuda berumur belasan tahun, dia pernah menjadi nakhoda kapal sungai dan selama empat tahun berlayar di sungai Mississippi.
Bahkan pada waktu perang saudara Amerika pecah pada tahun 1860, Twain pindah ke daerah barat yakni California. Saat itulah dia mengubah namanya menjadi “Mark Twain” yang konon artinya “dua depa dalamnya”. Mark Twain adalah istilah yang dipakai oleh awak kapal sungai bilamana mereka mengukur kedalaman air.
Mark Twain dipuji karena lawakan lawakannya yang hebat, dijuluki pelawak terhebat yang pernah dilahirkan di Amerika Serikat. Bahkan William Faulkner penulis Amerika Serikat dari Mississippi yang pernah memenangkan Penghargaan Nobel Sastra pada 1949 menyebut Mark Twain sebagai bapak sastra Amerika. Novel-novel karya Mark Twain termasuk The Adventures of Tom Sawyer (1876) dan sekuelnya, Adventures of Huckleberry Finn (1884), disebut sebagai “Great American Novel”.
Menyimak cerita diatas, penulis membayangkan betapa Mark Twain adalah sosok yang cerdas, selalu bersemangat juga baik hati. Banyak profesi yang dia geluti, selalu gelisah dan memulai apapun yang dia dapat lakukan, “Rahasia Untuk Maju Adalah Memulai” demikian kata mutiara yang juga terkenal darinya.