Desa Sidan, Kecamatan Gianyar kedatangan rombongan pejabat PPN/Bappenas RI yang terdiri dari Sestama, Deputi, Kepala Biro. Mereka berkunjung untuk studi lapangan ke Sidan pada Selasa 9/8/2022 (kemarin). Kunjungan kesejumlah tempat di Sidan, diantaranya pengolahan sampah hingga pemandangan hijau di Kissidan Eco Hill.

Perbekel Sidan, Made Sukra Suyasa, S.sos, menyatakan kunjungan diawali mendatangi TPS3R sistem pengolahan sampah, yang dipilah di rumah tangga. Sukra menyatakan dari 1.200 KK, sebagian besar masyarakat sudah berlangganan angkutan sampah. “Ke depan pasti kami maksimalkan,” ujarnya.

Kemudian, Deputi juga mengunjungi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sidan. “Untuk mengecek, melihat display hasil pertanian organik,” ujarnya. Di Bumdes menyetok hasil panen, menggiling dan memasarkan. “Deputi juga melihat sistem pertanian organik,” jelasnya. Kemudian melihat sawah organik di Kissidan Eco Hill yang ada Puspa Aman.

Perbekel Made Sukra Suyasa mengaku bangga dengan kunjungan Deputi. “Kami didatangi dari pejabat Bappenas. Ini kebanggaan kami. Ini adalah daya tarik,” ujarnya. Dikatakan bahwa dari semua yang dikembangkan Sidan, mendapat bonus pariwisata yang dikelola di Kissidan. “Deputi juga dialog dengan petani. Nantinya akan membantu Bali menuju Bali organik. Untuk bangkitkan ekonomi Bali. Ke depan akan lebih banyak ke organik,” ujarnya. Di Sidan, ada 40 hektar pertanian organik yang digerakkan sejak 2020.

Perbekel berharap ke depan Desa Sidan mengarah ke pariwisata. “Harapan kepada Bappenas, apa yang dialog tadi, bisa diaplikasikan. Bahwa petani minta bantuan alat produksi pertanian, jalan usaha tani, sarana dan prasarana pendukung kemajuan pertanian dan perbaikan saluran irigasi,” ujarnya. Petani hanya mengeluh itu. “Acara juga dihadiri oleh pak Wakil Bupati. Dari pemerintah daerah sudah luar biasa support,” ujarnya.

Dengan hadirnya para pejabat memberi jalan, mudah-mudahan tempat ini menjadi pariwisata yang maju. “Kami mohon bantuan pemerintah untuk memberikan bantuan memfasilitasi apa yang dilakukan,” jelasnya. Sementara itu, Kepala UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Provinsi Bali, Ida Ayu Pidada menyatakan petani sudah menyampaikan permasalahan dalam menggarap organik. Mulai keterbatasan sarana produksi, pupuk hingga bio pestisida. “Informasi ini sudah sampai ke Bappenas, dan langsung menindaklanjuti ke yang menangani pangan untuk segera diakomodir,” ujarnya.

Sertifikasi organik sudah mulai sejak 2009, namun karena biaya tinggi, petani tidak meresertifikasi kembali. Pada 2022, pihaknya mensertifikasi pertanian organik sebanyak 5 lokasi. 3 di Kabupaten Gianyar, 1 di Karangasem dan 1 di Jatiluwih Gianyar. Mengenai Sidan, dikatakan sistem yang dibangun sangat bagus. “Kami lihat sistem hulu hilir berlaku, petani sediakan gabah dan pemasaran di Bumdes,” ujarnya. Dengan peran BUMDes, maka Bumdes bisa memasang logo organik dan bisa dijual di pasaran Rp 18 ribu per kilo.

Dalam acara ini, pihaknya berharap supaya dari Bappenas mendengar bahwa pengembangan organik tidak mudah. Perlu waktu 3 kali panen atau dua tahun masuk masa kritis karena tanah masuk masa peralihan dari kimia ke organik. “Setelah itu baru meningkat produksi. Bahkan produksi berlipat,” ujarnya. Dia meminta petani komit untuk di organik. “Ketika ada hama, jangan buru -buru pakai kimia. Dari awal kalau ada serangan pakai pestisida nabati,” tutupnya. (K.yess/gumikbali.co.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *