LPD Desa Adat Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Badung, banyak berkontribusi ke Krama adat. Salah satunya memberikan kredit tanpa jaminan senilai Rp 20 Juta kepada krama yang melaksankan upacara Ngaben dengan tidak kena bunga selama 3 Bulan juga LPd memberikan dana duka jika ada Krama yang Kelayu Sekar atau meninggal dunia.

Pemucuk LPD Desa Adat Bongkasa, Ni Nyoman Ariani, SE didampingi Ni Made Lasni selaku Penyarikan LPD Bongkasa serta Ni Nyoman Ayu Lastini, selaku Petengen LPD Bongkasa ketika ditemui Newsyess pada, Selasa, 6/9/2022 di kantor LPD setempat, menyatakan dana duka diberi santunan Rp 750 ribu. “Kami juga berikan beasiswa ke anak SD,” ujarnya. Untuk piodalan di kahyangan tiga di pura, diserahkan Punia berupa dua pikul beras total Rp 4 juta dalam setahun,

Selama berjalan, dari LPD sakit pada 2001, mulai merangkak. 2009 aset mulai meningkat. “Astungkare saat ini aset LPD sudah Rp 72 miliar,” ujarnya. Dia mengaku masyarakat dan Bendesa amat antusias. Meski pandemi, tetap ada transaksi baik menabung dan menarik. Selama pandemi, diakui ada penarikan dana masyarakat sehingga aset menurun. “Saat ini masyarakat mulai menabung. Di Bongkasa, ada swing, rafting tidak gerak. Tapi sekarang sudah mulai,” ujarnya.

Usaha wisata di Bongkasa sudah ada yang menabung di LPD. Bahkan pihaknya juga menyalurkan kredit ke pengusaha. Ke depan, pihaknya akan menggelar gebyar. “Astungkare kalau memang bagus, kami berikan dana ngaben,” ujarnya. LPD juga akan rehab gedung skala kecil. Mungkin 3-4 tahun akan pindah ke lahan yang lebih luas. “Itu rencana ke depan. Sekarang renov dulu,” ujarnya.Pihaknya mengajak masyarakat Bongkasa agar menambah kepercayaan kepada LPD. “Tabungan,kredit, deposito masih ada. Kami berharap yang terbaik ke masyarakat agar mendukung LPD Bongkasa. Kepada prajuru dan Bendesa agar kami disupport. Dan apapun yang kami lakukan tetap disobyahkan ke masyarakat,” ujarnya.

Dengan aset Rp 72 miliar, laba yang diperoleh telah mencapai Rp 600 jutaan. “Target rencana satu koma sekian. Karena situasi begini, Bendesa tidak menarget harus begini. Kalau sebelum pandemi kami ditarget sampai satu miliar. Masyarakat juga maklum,” ujarnya. Pada 2019, telah diberikan Rp 400 juta, Rp 300 juta dan Rp 300 juta. “Itu saja sudah lebih satu M. Dana diserahkan ke desa adat, dana untuk pembangunan dan lainnya. Itu desa yang tahu. Yang jelas selesai RAT, dana dipecah dimasukkan ke adat. Dananya juga ditaruh di LPD,” tutupnya. (K.yess/gumikbali.co.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *