Oleh: D.Wijaya
Kepemimpinan dan Kekuasaan adalah dua jalan yang sering disalahartikan “semua pemimpin memiliki kekuasaan”. Sebenarnya tidak semua yang berkuasa adalah pemimpin. Dalam kehidupan sosial dan politik, banyak orang mengejar kekuasaan dengan mengatasnamakan kepemimpinan. Mereka berbicara soal perubahan, visi, dan kemajuan; namun setelah kursi dicapai, yang bekerja adalah kekuasaan, bukan kepemimpinan.
Kepemimpinan yang ideal adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi, mengarahkan, dan membimbing individu atau kelompok menuju pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan adalah suatu kemampuan, proses, atau fungsi seseorang untuk mempengaruhi, mengkoordinasi, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang untuk mengerjakan tugas sesuai perintah yang telah direncanakan dan ditentukan sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan juga disebut sebagai ilmu dan seni memotivasi dan meyakinkan orang lain agar mengerti, sadar dan senang hati bersedia mengikuti kehendak seorang pemimpin. Seorang pemimpin cenderung memiliki kekuasaan, tapi tidak semua pemilik kekuasaan adalah pemimpin sejati. Seorang pemimpin biasanya diberi (atau memperoleh) kekuasaan, agar bisa menjalankan tanggung jawabnya.
Kekuasaan adalah kemampuan atau wewenang untuk memengaruhi, mengendalikan, atau memerintah perilaku orang lain, baik secara legal maupun informal, demi mencapai tujuan tertentu. Pengertian lainnya: kekuasaan adalah kemampuan atau hak seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi, mengendalikan, atau menentukan tindakan, keputusan, dan perilaku orang lain baik melalui otoritas formal, tekanan, paksaan, maupun legitimasi sosial.
Ada juga menyebut: kekuasaan adalah kemampuan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu sesuai kehendak yang berkuasa, meskipun mereka mungkin tidak ingin melakukannya. Dalam ilmu politik, kekuasaan adalah kemampuan untuk memengaruhi atau mengatur kebijakan dan keputusan publik. Biasanya melekat pada jabatan atau posisi dalam sistem pemerintahan.
Seorang pemimpin biasanya diberi atau memperoleh kekuasaan, agar bisa menjalankan tanggung jawabnya. Tapi cara menggunakan kekuasaan itulah yang membedakan pemimpin sejati dari penguasa biasa.
“Pemimpin membawa obor untuk menerangi jalan orang lain. Penguasa membawa tongkat untuk memukul siapa yang keluar jalur”.
Sejarah dan pengalaman telah menunjukkan, kekuasaan bisa menjadi anugerah atau racun, tergantung siapa yang memegangnya. Banyak pemimpin jatuh bukan karena kurang pintar, tapi karena lupa membedakan antara memimpin dan menguasai.
Di sinilah Gatoloco — dengan bahasa yang tajam dan sedikit nakal — menyelipkan komentarnya. Ia tidak suka teori manis tanpa praktik yang jujur. Baginya, kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua jalan yang tampak serupa, tapi ujungnya berbeda jauh. Maka, ia pun memberi definisi yang mengguncang kenyamanan:
“Kepemimpinan adalah seni memengaruhi tanpa bertanya, mengarahkan tanpa mendengarkan, dan membimbing tanpa benar-benar berjalan bersama – asal semua terlihat rapi di laporan tahunan dan kata ‘tujuan bersama’ cukup sering disebut.” Atau,
“Kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang lain berjalan ke tepi jurang dengan senyum bangga, sambil meyakinkan mereka bahwa itu bagian dari visi bersama.”
Sementara itu-“Kekuasaan adalah seni mulia membuat orang tersenyum sambil diseret ke arah yang tidak mereka pilih. Kadang dengan perintah, kadang dengan senyuman, kadang dengan undang-un- dang yang katanya untuk kebaikan bersama-padahal kebaikan siapa, kita sendiri pun kadang lupa.” – (Sumber: Gatoloco (Modern): Kepemimpinan dan Kekuasaan)
