21 April kemaren Bangsa Indonesia memperingati hari Kartini, peringatan untuk mengenang dan meneladani perjuangan Raden Adjeng Kartini sebagai pelopor kebangkitan (pendidikan) perempuan. Seperti biasanya moment kebangsaan seperti ini disambut masyarakat dengan beragam cara, ucapan hari kartini ramai di jagat media sosial.

Beberapa diantaranya yang menarik perhatian penulis adalah cuitan @Dennysiregar7 yang menulis “Selamat hari Kartini, bu Ratna Sarumpaet, Jasamu dgn membuat hoax yang membuat geger Indonesia, membuat peluang Jokowi menang lebih mudah”. Cuitan lain dari Dra. R.Nyai Ratu Roro Kidul Sarpiah @IbuNe_neng “Selamat hari Kartini buat semua perempuan Indonesia. Kecuali Ratna Sarumpaet” disertai foto Ratna Sarumpaet (RS) dengan muka lebam yang mengaku di aniaya kala itu. Walau ada satu dua yang memuji perjuangan RS sebagai pejuang “human right” seperti penuturannya pada Deddy Corbuzier, tetapi sangat banyak yang menyayangkan prilakunya membohongi public sehingga membuat gaduh, walau akhirnya sudah terbayar lunas di ruang tahanan.

Dari podcast Deddy Corbuzier “Saya buka sekarang, Kenapa saya bohong‼️Trending Twitter – Ratna Sarumpaet” itu, penulis tergelitik untuk menulis catatan kecil ini. Tidak hanya karena dia perempuan dan moment hari Kartini, tetapi juga karena selama dia dipenjara sempat menulis buku yang berjudul Ratna Sarumpaet Aku Bukan Politikus.  Sampai pada bagian diskusi tertentu, penulis masih tetap tidak percaya pada pengakuan dan pada maksud sejati dari bukunya itu. Barangkali itu yang disebut “colek pamor” di cap pembohong sehingga sulit sekali dapat dipercaya, pendapat senada dapat di baca dikolom komentar yang masuk.

Berkata jujur setelah sebelumnya berbohong mungkin lebih baik dari pada menutupi selamanya, tetapi public terlanjur kecewa, tidak percaya lagi. Akibat dari kebohongan itu merusak banyak hal. Netizen Agus Medan menulis ”Tabiat pembohong akan selalu menutupi satu kebohongannya dengan kebohongan lainnya”. Demikian juga Ketika Ratna Sarumpaet menjelaskan dirinya tidak berpolitik seperti judul bukunya itu, bisa jadi dia sedang memainkan politik. Selamat hari Kartini, salam menguntungkan/D.Wijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *