Usaha Nyoman Suar di Banjar Kebon Klod, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh sudah jalan 20 tahun, mengolah kaca sampai cair dan bening. Kini omzet mencapai Rp 50-70 juta sebulan, mempekerjakan Pegawai 8 orang.
Usaha yang digeluti berawal dari bekerja pada orang Jepang. Teknik diperoleh saat bekerja, namun tidak sepenuhnya mirip seperti teknik Jepang. “Kami akali, bentuk hal baru,” ujar Nyoman Suar yang merintis usahanya sejak 2001 itu. Perlahan tapi pasti, dia mencoba buka usaha sendiri. “Modal awal Rp 30-40 juta. Awalnya berempat, karena modal membuat tungku pencairan. Sekarang tungku saja Rp 200 juta, itu butuh keahlian khusus,” kenangnya. Saat saat awal usahanya “Saat itu baru diolah, bentuk gelas, vas bunga, atau aquarium di atas kayu kering,” kenangnya lagi.
Di awal, dia join empat orang. Masalah pertama adalah market. “Untuk jangkau hotel kami gak mampu. Maka gabung berempat ajak teman yang punya akses tamu,” ujarnya pada minggu 29 Mei 2022.
Kata dia, saat pandemi, usaha Glass kaca booming. “Yang tidak bekerja lari ke ikan cupang. Makanya kami bikin Glass di atas kayu kering, itu booming. Kami dapat rasakan,” ujarnya. Saat pandemi, justru produktif. Untuk bahan, membeli dari pengepul kaca satu carry seharga Rp 1,2 juta. Setelah diolah, satu carry, selama dua Minggu. Sehari bisa memperoleh 200 biji. “Kalau seminggu memperoleh 1400 pieces,” jelasnya.
Namun untuk harganya justru merosot. Karena banyak pabrik baru berdiri. “Mereka punya kayu, berarti dia bisa harga di bawah. Kemungkinan itu yang menyebabkan harga merosot. Makanya harga terus merosot,” jelasnya. Untuk harga termurah Rp 25 ribu per Glass dan termahal Rp 250 ribu.
Disinggung mengenai bantuan, katanya mendapat bantuan dari Undiksa memberikan kompresor. Dari Dekranasda Bali diikutsertakan pameran keluar daerah. “Kalau modal, pas-pasan, kami harus cari gas. Yang sulit permodalan,” ungkapnya. Harapannya kepada pemerintah, “agar diberikan peluang pameran dan promosi. Karena klien kami di luar, ada Perancis dan lainnya,” jelasnya. (K.Yess/Gumikbali.com)