Pelaksanaan Expo Pertanian Jeruk Berbasis Teknologi Syngenta di Desa Palaktiying, Kabupaten Bangli, pada Kamis 23/6/2022 (kemarin) disambut baik para petani jeruk.
I Wayan Satu salah seorang petani asal Desa Bonyoh, Kintamani, menyatakan sangat mengapresiasi positif pelaksanaan Expo Pertanian Jeruk Berbasiskan Teknologi Melalui Agro Edu Wisata Petik Jeruk. “Petani merasa terbantu dengan adanya Expo jeruk. Ya saya terbantu,” ujarnya.
Kepada pemerintah Pak Rina panggilan akrab I Wayan Satu meminta “agar petani di kintamani dilihat dari sisi permodalan, pelatihan dan segalanya untuk petani jeruk,” ujarnya.
Ditanya soal harga jeruk, rata-rata Rp 8.000 ambil di lokasi. Harga itu sudah sempat panen beberapa waktu lalu. Namun untuk harga sekarang belum bisa ditentukan. “Karena pasar naik turun. Petani jeruk pernah merasakan harga tertinggi Rp 11.000 saat Galungan,” ujarnya.
Dengan lahan seluas 55 are dan lahan kontrak dengan tanaman jeruk mencapai 1000-an.
Dikatakan selama pandemi, kondisi petani jeruk biasa saja. Berjalan seperti tahun sebelumnya. “Tidak kena imbas Covid-19,” ujarnya.
Untuk panen, mencapai Rp 400 juta seluas 80 are. Buah yang dihasilkan sangat lebat. Satu pohon saja bisa mencapai 1 kwintal. Mengenai kendala, mengalami penyakit ranting kering dan lainnya. “Kalau petani konsisten memelihara tidak sampai kena penyakit. Punya saya tidak kena, karena penanggulangan cepat,” ujarnya.
Dikatakan penanganan ada perhitungan. Untuk musim tertentu, memperpendek maupun memperpanjang interval. “Kita pelajari dari kebun kita sendiri. Kayak nyetir mobil,” ujarnya.
Dengan adanya Expo ini, pihaknya merasa cocok menerapkan teknologi. “Ini bagus karena ada wadah. Untuk kemajuan petani jeruk,” ujarnya. Dia berharap, dari hasil jeruk bisa menghidupi keluarga, membuat rumah dan lainnya. (K.yess,K mahe/Gumikbali.com)