oleh: D.Wijaya
Menyimak konten youtube bertajuk “Spiritual & Profesionalisme – Anand Krishna”, ada satu sesi diskusi yang menarik untuk dibuat catatan kecil. Pada diskusi itu seorang pemuda bertanya kepada Guru Anand Krishna demikian, “dari generasi saya (anak muda), bagaimana caranya agar supaya kita lebih tertarik, menarik pentingnya (belajar) spiritualisme dihubungkan dengan profesionalisme”.
Upaya penulis untuk menyampaikan ulang materi diskusi itu, khsusnya tanggapan Guru Anand Krishna terhadap pertanyaan anak muda diatas semata-mata hanya karena keingintahuan dan mudah-mudahan karena kerinduan akan kesadaran itu. Sebelumnya, ijinkan penulis menyajikannya dalam format catatan yang sedikit berbeda, semoga tidak mengurangi substansi alur diskusinya. Berikut ini tanggapan Anand Krishna atas pertanyaan anak muda diatas.
“Persoalannya bukan masalah tertarik atau menarik, tetapi masalah kesadaran” kata Guru Anand Krishna. Masalahnya, orang-orang harus benar-benar punya kesadaran bahwa spiritual itu menjadi kebutuhan, baru kemudian bisa tertarik untuk menjalaninya. Bukan hanya tertarik mempelajarinya, tetapi sadar dan punya kesadaran.
Contoh kasusnya demikian. Kita tidak mungkin dapat mempengaruhi, mengajak orang lain untuk makan makanan vegetarian, sementara mereka sendiri tidak tertarik makanan itu. Tanpa kesadaran akan pentingnya arti makanan sehat, tanpa adanya rasa perut lapar, tidaklah mungkin orang akan tergerak mau mengikuti ajakan makan dari kita. Tidak adanya keinginan, kebutuhan dan kesadaran untuk makan, selama itu juga tidak akan ada itu makan.
Serupa dengan contoh diatas, tidak sedikit orang, anak muda ketika mendapat motivasi bisnis dari seorang motivator hebat, saat di ruangan seminar tampak sangat bersemangat menggebu-gebu, seakan tidak mau melewatkan waktu dan segera mempraktekan teori yang dia dapatkan, emosinya terpacu sang motivator. Tetapi begitu usai acara, diluar ruangan, motivasinya mulai kendor, semangatnya hilang entah kemana, tidak menggebu-gebu lagi seperti ketika dikelas motivasi kemarin.
Kondisi seperti ini banyak kita temukan, model begini ini menandakan bahwa tidak adanya kesadaran dan kebutuhan untuk mempraktekkan apa yang mereka terima dari motivatornya itu. Kesadaran atas manfaat dan praktek motivasi yang didapat diruang kelas tidak mudah diimplementasikan di lapangan, di kehidupan nyata sehingga lagi-lagi semangatnya hilang.
Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang bukan bagian dari spirit. Selama ini, permasalahan kita adalah memisahkan antara materi, kehidupan duniawi dengan spiritualitas. Profesionalisme dengan spiritualitas itu nyambung, tidak terpisah. Seseorang yang tidak punya spirit, seseorang yang tidak punya semangat tidak mungkin dapat menjadi professional.
Dicontohkan pada kisah Mahabharata perang Bharathayudha, dalam Bhagawadgita, Arjuna Putra Pandu bukan seorang pendeta, dia adalah seorang yang professional, dia juga tentara dan panglima perang pasukan Pandawa sekaligus spiritualis murid Krisna. Tidak bisa dipisahkan antara duniawi dan spiritual, dapat pula dihubungkan dengan bisnis, dapat dikaitkan dengan apapun juga. Demikian juga halnya dengan diri kita, pada saat yang sama kita sedang menjadi dan menjalani peran kita masing masing, sudah ditentukan dan ada yang mengendalikannya.
Pemisahan antara spiritual dan hal-hal duniawi, sejatinya delusive (palsu), sayangnya sebagian dari kita dibuat percaya bahwa spiritualitas dan hal-hal duniawi itu terpisah. Bahwa wilayah spiritual itu berbeda tempatnya, sementara bagian duniawi juga ada tempatnya yang lain. Pandangan demikian ini kurang tepat, yang ada adalah: hal-hal duniawi ini sejatinya karena ada hubungan yang erat dengan spiritualitas, duniawi tidak bisa dipisahkan dengan spiritual. “Jangan pisahkan spiritualitas dengan profesionalisme” kata Anand Krishna.
Keberadaan Kita Saat Ini Bukan Kebetulan.
Dalam sebuah diskusi bebas tak bertema, penulis pernah mendapat pertanyaan serupa berikut ini. Adakah hubungan antara spiritual dengan duniawi? mengapa kita ada ditempat ini saat ini, bersama anda?.
Sebagai pembelajar yang baru mulai dan sangat muda, saya menjawabnya dengan berbalik bertanya kepadanya. Tadi, sebelum kita bertemu, kalian ada dimana, mengapa sekarang ada bersama saya, bagaimana anda bisa bersama saya saat ini, dan seterusnya dikejar dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan, mengapa, mengapa terus berlanjut tanpa henti, dan biasanya jawaban akan berakhir pada kalimat, “Kita bertemu, bekerja di tempat ini bukan kebetulan, tapi karena Tuhan telah mentakdirkannya”.
Dimana simpulnya, bahwasanya profesionalisme dengan spiritualitas itu nyambung adanya dan tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Profesionalisme itu erat kaitannya dan tiada lain adalah keberadaan (kemanusiaan) kita di dunia ini, sementara spiritualitas atau spirit adalah roh dan kesadaran atas kemanusiaan kita.