Dalam sebuah wawancara (rri.co.id) anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo mengatakan, ancaman terjadinya stagflasi semakin nyata dan akan menghantam perekonomian nasional. “Stagflasi merupakan kondisi dimana pertumbuhan yang stagnan cenderung lemah sementara di sisi lain inflasi meroket”.

Situasi tersebut, kata Andreas, dapat dilihat antara lain dari rilis IMF dalam World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2022 memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2022 sebesar 0,4 ppt menjadi 3,2 persen. “Beberapa faktor pendorong pemangkasan tersebut adalah, pertama adanya perlambatan ekonomi yang lebih tajam di Tiongkok akibat perpanjangan lockdown sehingga memperburuk gangguan rantai pasokan global,” kata Andreas kepada wartawan, pada Selasa 2/8/2022 (kemarin).

Sebelumnya, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) membawa kabar yang kurang mengembirakan. KSSK menyebut tren inflasi domestik saat ini menunjukkan tren yang meningkat. Hal tersebut dikemukakan Ketua KSSK sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers. Pernyataan yang dilontarkan Sri Mulyani ini merupakan hasil rapat berkala III KSSK yang beranggotakan Bank Indonesia (BI), OJK, dan LPS.

Menanggapi berita tersebut, I Gusti Agung Rai Wirajaya Anggota DPR-RI Daerah pemilihan Bali menyampaikan “ini terjadi secara global dan Indonesia harus waspada serta menjaga pasokan pangan” ujarnya. Untuk mengantisipasi permasalahan ekonomi yang lebih parah, belum lagi pandemic covid-19 belum benar benar pulih, kinerja pemerintah terus di uji untuk bisa lepas dari permasalahan yang ada, masalah kesehatan dan permasalahan ekonomi.

Politikus Indonesia yang menjabat sebagai Anggota DPR-RI selama empat periode ini (sejak 2004 hingga saat ini) menegaskan kembali kembali bahwa “stagflasi telah terjadi, masyarakat harus menahan diri untuk kepentingan-kepentingan yang kurang medesak” komentarnya. (Dwijaya/Gumikbali.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *