Disela kesibukan sebagai Ketua LPD Desa Adat Penatih, Wayan Brata punya hobi tanaman. Sejak 20 tahun silam, Brata menekuni tabulampot (tanaman buah dalam pot). Brata mengembangkan dengan tahu bibit. “Harus tahu media dan karakter serta perawatan,” ujarnya. Berawal dari hobi, otomatis tidak merasa lelah mengembangkan. “Waktu tidak terbatas. Saya merasa kurang merawat,” ujarnya.

Berbagai tanaman dimasukkan pot. Di antaranya jambu air, jambu kristal, sirsak, belimbing madu, kelengkeng, alpukat, asam manis dan boni. “Yang penting senang sama buahnya,” ujarnya. Untuk pupuknya memakai organik. “Saya juga buat pupuk,” ujarnya. Untuk pembuahan ada masanya. Apakah sudah generatif sehingga bisa dipacu pupuk. “Kalau belum generatif, tidak bisa berbuah. Lihat pertumbuhan juga, batangnya mandeg atau tidak, lihat dulu,” ujarnya. Brata juga punya indukan, itu dicangkok. Tanaman itu bernilai ekonomis.

Yang terkecil Rp 50 ribu. “Kalau ada buahnya beda harga. Sampai jutaan. Kalau hobi sampai Rp 5 juta. Paling besar, jambu kristal,” ujarnya. Dikatakan, jika fokus, akan menghasilkan nilai plus. “Dari itu membantu ekonomi di rumah tangga. Kalau senang, saya pakai indukan. Kalau berbuah itu kepuasan kita,” ujar pria yang tinggal di Jalan Trenggana 56, depan Babi Guling Nyoman Siring. Jika masyarakat ingin menekuni, dia menganggap mudah. “Tidak perlu tempat luas. Pot pakai plastik, bisa diganti. Gampang mengganti, angkat lepas. Kalau beton berat dan akar meresap di beton,” ujarnya. (K.yess/gumikbali.co.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *