Catatan Kecil @ISIYogya221222
Oleh: D.Wijaya

Hari itu Kamis, 22 Desember 2022 bertepatan dengan peringatan hari Ibu. Surya Chintya Dharma, putriku menjadi pemeran utama lakon Calonarang. Pementasan Calonarang itu dalam rangka tugas akhir pada Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Teater, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Calonarang adalah Ibu dari Dyah Ratna Manggali, yang belajar dari Dewi Durga yang juga disebut sebagai Ibu dari semua Ibu.

Dikisahkan, pada masa kejayaan Kerajaan Daha (Kadiri) yang dipimpin Raja Erlangga kehidupan masyarakatnya sangat tenteram. Dikisahkan salah seorang rakyatnya bernama Calonarang, tinggal di desa Gurah, di wilayah Kerajaan Daha. Calonarang terkenal karena sakti mandraguna, suka menenung (cenayang) mengetahui apa yang akan terjadi dimasa depan.

Calonarang mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali. Karena Calonarang dikenal sakti, tak seorang pemudapun yang berani melamar putrinya. Hal ini membuat sedih dan juga marah Calonarang. Diceritakan juga rakyat dikerajaan terjadi serangan penyakit yang tidak berkesudahan, banyak rakyat yang sakit dan meninggal. Rakyat dan Raja Airlangga menuduh Calonaranglah yang menyebarkan penyakit. Raja Elangga marah dan berusaha melawan Calonarang, namun kekuatan raja tidak mampu menandingi kesaktian Calonarang.

Calonarang tidak terima dirinya dituduh menyebarkan penyakit, Calonarang marah atas tuduhan itu dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. Gadis tersebut dikorbankan kepada Dewi Durga, yang akhirnya terjadi banjir besar melanda desa dan banyak orang menjadi korban dan meninggal dunia karenanya. Kerajaan Kadiri dilanda gerubug, tak putus putusnya orang sakit dan meninggal, sakit meninggal demikian berlangsung dalam kurun waktu lama.

Raja Airlangga meminta bantuan kepada Empu Baradah penasehatnya, untuk mengakhiri pandemi itu. Atas perintah raja Airlangga, Empu Baradah lalu mengirimkan utusan, muridnya bernama Empu Bahula untuk menjalankan siasat, dinikahkan dengan putri Calonarang (Dyah Ratna Manggali). Tujuan utama pernikahan itu adalah untuk mendapatkan kunci kesaktian Calonarang. Dyah Ratna Manggali akhirnya menikah dengan Empu Bahula. Empu Bahula menjalankan siasatnya dan merayu istrinya untuk mendapatkan rahasia kesaktian ibunya. Kesaktian Calonarang didapat dari lontar (buku) yang berisi ilmu-ilmu sihir yang diperolehnya dari belajar dan mendapat berkat dari Dewi Durga.

Dengan berdalih kesetiaan dan sayang, buku kesaktian Calonarang berhasil didapatkan Empu Bahula dan segera kemudian Empu Bahula menyerahkannya kepada Empu Baradah. Calonarang menyadari kunci kesaktiannya hilang dan sempat memarahi Ratna Manggali, yang akhirnya kemarahannya memuncak dan memutuskan untuk berperang melawan Empu Baradah. Dengan kunci kesaktian yang sudah didapat Empu Baradah, dalam peperangan itu Calonarang dapat dikalahkan Empu Baradah walau tidak dengan mudah. Dewi Durga, ibu dari segala ibu tidak bisa membantunya, karena kunci kesaktiannya sudah dipegang oleh Empu Baradah. (D.Wijaya/DIY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *