Catatan kecil D.Wijaya

Filsuf Yunani ternama, Sokrates yang hidup 470 SM–399 SM yang mengenalkan faham antroposentrisme menyebutkan bahwa manusia adalah spesies paling pusat dan penting daripada spesies yang lain dimuka bumi ini. Sebagai pemikir antroposentrisme yang hidup pada masa Yunani Klasik, dalam urusan belajar dan berpikir, Sokrates pernah mengatakan “Kita tidak bisa mengajar apapun pada seseorang, yang bisa dilakukan hanya membuat orang lain berpikir”.

Berpikir adalah fungsi kognitif yang merupakan aktivitas otak terhadap informasi yang diterima, yang akhirnya membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan terakhir membuat keputusan dan tindakan. Karena manusia adalah spesies paling sentral, perhatian dan pemikiran Sokrates yang paling utama adalah mengenai hakikat dari kehidupan manusia itu sendiri. Pilsuf berkebangsaan Yunani ini menyebutkan manusia dengan kemampuan berpikirnya mengatakan “rasa ingin tahu manusia sebagai awal dari kebijaksanaan”. Masalahnya adalah, apakah pikiran dan pola pikirnya menjadikan manusia bijaksana?

Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk mengatur dan belajar mengenai diri sendiri dengan memakai akal budi. Akal berarti pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu, adalah daya pikir, adalah kemampuan bagaimana cara memahami lingkungan.

Catatan penulis sebagaimana judul diatas merupakan outokritik, Jangan jangan selama ini tidak banyak menggunakan pikiran untuk menjalani hidup. Walau, sebagian dari waktu sudah dipakai untuk belajar, baik di kelas kelas formal maupun dimasyarakat, masih belum yakin apakah pikiran ini sudah terpakai untuk hal- hal penting, hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri sekaligus untuk orang lain, lingkungan dan masyarakat.

Jika selama ini hasil dari olah pikir menghasilkan tindakan dan hasil yang hanya berguna bagi diri sendiri, tidak bernilai untuk kehidupan dan kemanusiaan, segerakan untuk mulai berpikir kembali. Hati-hati dengan pikiran negative, salah satu sumber pikiran negative adalah “Plausible” (masuk akal). “Pikiran” itu manut, nurut dan mau diajak kemana saja, bisa dan masuk akal, dengan mudah membenarkan pendapat sendiri tanpa di uji kembali. Ketika berpikir negative tentang satu hal, sering kali juga dibenarkan oleh akal kita sendiri. Selalu ada justifikasi yang membenarkan pikiran dan tindakan sendiri. Bahkan pikiran dan tindakan buruk sekalipun dapat dicarikan alasan pembenar untuknya. Hati hati dengan pikiran!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *