Di kaki bukit yang sunyi, di balik anyaman sederhana rumah bambu, seorang bocah perempuan Ni Luh Tiary Anindya Putry tumbuh dalam pelukan kehidupan yang penuh ujian. Usianya baru sepuluh tahun, duduk di kelas empat SD Negeri 2 Amertabuana, namun hidup telah lebih dulu mengajarinya tentang kehilangan.

Ayahnya pergi saat ia masih berumur empat tahun. Ibunya menyusul dua tahun yang lalu, meninggalkan Tiary kecil bersama sang kakek yang telah renta berusia 70 tahun dan mengais nafkah dari anyaman bedeg yang sederhana. Mereka tinggal di Banjar Dinas Sukaluwih, Kecamatan Selat, Karangasem, dengan kehidupan yang bertumpu pada ketabahan dan harapan.

Dalam momentum Hari Lahir Pancasila, Senin, 2 Juni 2025, Redaksi Newsyess hadir mengetuk pintu hati. Sebuah paket sembako dan kasih sayang dibawa langsung kepada Ni Luh Tiary, bukan hanya sebagai bentuk bantuan, tetapi sebagai tanda bahwa di tengah dunia yang cepat dan riuh, masih ada tangan yang ingin menghapus air mata, dan hati yang tak lupa berbagi.

Ngakan Putu Suardika, yang akrab disapa Ngakan Yess, selaku Pimpinan Redaksi Newsyess, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar kegiatan sosial, tapi juga bentuk panggilan nurani.

“Berbagi adalah cara kami menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam wujud nyata. Di hari kelahiran dasar negara ini, kami ingin menyentuh hati, bukan hanya membacakan teks. Kami datang bukan membawa banyak, tapi kami ingin menunjukkan bahwa Tiary tidak sendiri,” ucapnya haru.

Ngakan Yess juga menyampaikan terima kasih kepada lembaga-lembaga keuangan di Bali seperti Bank BPD Bali, BPR, LPD, koperasi-koperasi, serta tokoh-tokoh masyarakat yang turut mengambil bagian dalam gerakan berbagi dan peduli.

“Terima kasih kepada semua yang telah ikut menggerakkan kebaikan. Karena di balik setiap langkah kecil, ada cahaya yang tumbuh di hati anak-anak seperti Tiary. Biarlah kebaikan ini menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih cerah,” tambahnya.

Dalam sunyi desa dan senyap rumah bambu, nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial bukan sekadar dokumen. Ia menjelma dalam seikat sembako, dalam tatapan mata yang berbinar, dan dalam pelukan kasih yang datang tepat waktu. (Newsyess)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *