“Modernitas telah mengubah cara manusia hidup, berpikir, dan berelasi. Kemajuan teknologi, urbanisasi, serta sistem ekonomi pasar global menghadirkan kemudahan luar biasa dalam kehidupan sehari-hari”.
Namun, di balik kemajuan tersebut, tersembunyi dinamika yang paradoksal: manusia modern menjadi semakin bebas, tetapi sekaligus semakin terasing — baik dari orang lain, dari lingkungan, maupun dari dirinya sendiri.
Dalam masyarakat tradisional, identitas personal terbentuk melalui jejaring relasi yang kuat: keluarga besar, komunitas lokal, adat, dan tradisi. Individu tumbuh dalam ruang sosial yang relatif stabil dan terstruktur, sehingga “siapa aku” sering kali dijawab dengan “dari mana aku berasal” atau “siapa keluargaku”.
Sebaliknya, dalam masyarakat modern, identitas semakin bersifat individual dan refleksif. Setiap orang didorong untuk “menjadi dirinya sendiri” melalui pilihan-pilihan personal: karier, gaya hidup, keyakinan, bahkan identitas digital. Individualisme ini membuka peluang kebebasan yang besar, tetapi juga menghadirkan beban eksistensial yang tidak ringan: manusia modern dituntut untuk terus mendefinisikan dirinya secara mandiri, sering kali tanpa fondasi komunitas yang kokoh.
Dampak serius dari modernisasi adalah alienasi (keterasingan) dalam menghadapi hidup.Alienasi (dari kata latin alienare) berarti suatu keadaan terasingnya manusia—baik dari dirinya sendiri, dari sesama, dari lingkungan, maupun dari makna hidup yang ia jalani. Bentuk-bentuk alienasi: Alienasi dari diri sendiri; alienasi sosial, alienasi dari alam lingkungan, dan alienasi dari makna atau nilai hidup.
“Salah satu dampak terdalam dari modernisasi adalah alienasi—keterasingan manusia dari: diri sendiri, sesama, alam, dan makna hidupnya sendiri.”
*) D.Wijaya (Proofreading Buku: Hidup Itu… Dari Barat Ke Timur Sama, Menuju Damai”)
