Gianyar— Senin 8 Desember 2025 BPR Sukawati Pancakanti menyelenggarakan Seminar Nasional Economic Outlook 2026 bertempat di Pusdiklat BPR Kanti, jalan Pudak Batubulan Gianyar dengan tema “Penguatan Peran Lembaga Keuangan dalam mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional”
Narasumber pada seminar itu Dr. Roberto Akyuwen, Direktur Utama LRT Jakarta, Kepala OJK KR 1 Jakarta (2022–2024); Dr . Viraguna Bagoes Oka , MBA., Ph.D, Kepala KPw BI 2007–2009, Praktisi BPR; Ir. Bakri, SE., MM. , CEO LSP Microfinance Indonesia – BRI Institute dan Franky Suhenda, CEO PT Jaringan BPR Nusantara Digitalisasi BPR. Hadir memandu diskusi sebagai moderator, Prof Dr. Ida Bagus Raka Suardana Guru Besar Fak. Ekonomi dan Bisnis Undiknas Denpasar.
Dalam sesi diskusi disebut ada empat elemen krusial yang harus menjadi fondasi dalam memperkuat daya saing dan ketahanan sektor industri keuangan nasional. Hal itu disampaikan Dr. Roberto Akyuwen, menyebutkan “terdapat empat elemen krusial yang harus menjadi fondasi dalam memperkuat daya saing dan ketahanan sektor industri keuangan nasional meliputi: regulation dan compliance, trust dan tata kelola, transformasi digital, dan networking.” jelasnya.
Dalam pemaparannya, Roberto Al menyatakan bahwa regulasi dan kepatuhan bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan kerangka pengaman untuk menjaga stabilitas industri. Menurutnya, semakin kompleks dinamika ekonomi, semakin dibutuhkan regulasi yang adaptif, transparan, dan dijalankan dengan disiplin oleh seluruh pelaku usaha. “Compliance adalah disiplin. Regulasi adalah pagar. Keduanya memastikan ekosistem berjalan sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.

Pilar kedua yang ditekankan adalah trust dan tata kelola. Ia menegaskan bahwa kepercayaan publik merupakan mata uang paling berharga dalam industri jasa keuangan. Penerapan prinsip good corporate governance (GCG), transparansi informasi, dan akuntabilitas menjadi kunci dalam memperkuat kredibilitas institusi. “Di era keterbukaan informasi, reputasi bukan dibangun melalui klaim, tetapi melalui konsistensi tata kelola,” tambahnya.
Sementara itu narasumber Viraguna Bagus Oka menyoroti fenomena siklus ekonomi global yang dinilai mengalami pola pergerakan setiap 10 tahun. Menurutnya, kondisi perekonomian saat ini masih berada di fase persimpangan, di mana ketidakpastian global, gejolak geopolitik, perubahan teknologi, hingga dinamika pasar keuangan membawa dampak signifikan terhadap arah ekonomi ke depan.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa pelaku usaha tidak boleh terjebak pada narasi ketidakpastian. “Ekonomi mungkin belum menunjukkan arah yang benar-benar jelas, tetapi peluang selalu hadir di balik perubahan. Ketika siklus terjadi, yang mampu bertahan bukan hanya yang besar, tetapi yang adaptif,” ujarnya.
Menurutnya, pelaku usaha harus mulai mengubah pola pikir dari sekadar bertahan menjadi bertumbuh secara strategis. Ia menyebut digitalisasi, efisiensi proses, peningkatan kualitas layanan, serta kemampuan membaca tren sebagai kunci menghadapi siklus ekonomi mendatang. “Ekonomi 2026 masih dipersimpangan, namun demikian pengusaha harus tetap Optimis.” jelasnya. D.Wijaya/Gumikbali.co.id
