Oleh :D.Wijaya
“Sangat sedikit yang dibutuhkan untuk membuat hidup bahagia; itu semua ada di dalam dirimu dalam cara berpikirmu.” – Marcus Aurelius
Benarkah pernyataan Marcus Aurelius diatas, bahwa tidak banyak yang diperlukan untuk menjadi bahagia. Mari kita cari tahu siapa Marcus Aurelius dan apa yang orang ini yakini dalam kehidupannya. Marcus Aurelius punya nama kecil Marcus Annius Catilius Severus lahir pada 26 April 121. Dia adalah Caesar Romawi, Caesar Marcus Aurelius Antoninus Augustus yang berkuasa selama 19 tahun sejak Maret 161 sampai kematiannya pada tahun 180 masehi.
Nama Marcus Aurelius Antoninus Augustus adalah nama yang diberikan ketika diangkat menjadi Kaisar. Marcus Aurelius termasuk Kaisar yang berprilaku baik pada pengikut dan rakyatnya. Dia menerima takhta dari kaisar sebelumnya Antoninus Pius (Pamannya-Antoninus Pius mengadopsi Marcus).
Prilaku baiknya itu penulis maknai atas pilihan, sikapnya yang menyatakan bersedia diangkat untuk menjadi Kaisar hanya dengan satu syarat bahwa dirinya (Marcus) dan Verus diangkat sebagai kaisar secara bersama-sama. Syaratnya sama-sama menjadi kaisar, karena mereka sama-sama pewaris Antoninus, alasannya. Tidak pernah terjadi pemerintahan bersama sebelumnya dan dari sini Marcus Aurelius mengajarkan sistem politik (Republik Romawi) yang berfungsi sesuai dengan prinsip kerekanan dan tidak membiarkan seseorang memiliki kekuasaan penuh tertinggi.
Marcus Aurelius sang Caesar Romawi ini adalah pengikut stoicism, keyakinannya bahwa syarat hidup bahagia harus ada kesenangan, ada kesesuaian dengan keinginan, “kalau keinginan tidak jelas maka jangan mimpi kebahagiaan akan di capai.” katanya.
Dalam satu konten podcast Ngaji Filsafat, Dr. Fahruddin Faiz menjelaskan berikut ini. “untuk sampai pada bahagia kita harus senang, pertama syaratnya harus cocok dengan keinginan”. Keinginan harus terukur, keinginan perlu ditata. Menata keinginan dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui dan memahami tiga jenis keinginan berikut (ketiga jenis keinginan, diurutkan sesuai tingkat kepentingan). Kepentingan (keinginan) petama disebut ‘natural necessary’ yaitu keinginan yang alamiah dan wajib untuk dipenuhi yaitu kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keinginan yang kedua adalah alamiah dan tidak wajib (natural un necessary) dan yang ketiga adalah keinginan ‘unnatural’ keinginan yang tidak alamiah.
Jangan mengejar yang ‘unnatural’ sementara yang ‘natural necessary’ diabaikan, fokuslah hanya pada keinginan pertama (primer). Untuk urusan duniawi kejarlah yang primer saja, selebihnya kejarlah akhirat, bukan yang lain, bahwa nanti setelah yang primer terpenuhi akhirnya mendapatkan keinginan yang kedua dan ketiga, biarkan saja tidak jadi focus, tidak terikat pada itu semua dan jangan takabur karenanya. Bersikap biasa-biasa saja, karena segala sesuatu yang ‘unnatural’ mengandung risiko masalah, kontraproduktif bila tidak tahu cara menatanya (keinginan) itu.
Satu contoh jenis keinginan yang ‘unnatural’ adalah menginginkan ketenaran. Tenar, terkenal jangan membuat menjadi lupa diri, bahwa pengetahun, profesi itu jauh lebih utama. Jangan-jangan setelah terkenal akhirnya menjadi terbelenggu, sumber kekecewaan. Bukan ketenaran yang menjadi keinginan, tapi profesilah yang di utamakan. “Menjadi terkenal itu baik, namun bila karenanya menjadi terbelenggu, apa gunanya?.”
