Catatan Kecil: D.Wijaya

Tiga tahun lalu, tepatnya pada 9 juni 2021 Edward Charles Francis Publius de Bono yang biasa dipanggil Edward de Bono wafat. De Bono wafat pada usia 88 tahun, lahir di Malta, British pada 19 May 1933. De Bono belajar kedokteran di Universitas Malta, mendapat gelar MA dalam bidang psikologi dan fisiologi di Universitas Oxford, dan gelar PhD dalam bidang kedokteran didapat dari Universitas Cambridge.

De Bono juga seorang penulis buku, karya besarnya yang kita warisi sampai hari ini adalah teori “Lateral Thinking”, berpikir lateral. Sebagai sebuah pemikiran, teori berpikir lateral ini adalah kelanjutan dari konsep out of the box yang diperkenalkan Henry Ernest Dudeney, matematikawan Inggris.

Menurutnya, seseorang harus berani mengambil keputusan untuk keluar dari “kotak” aman. Keluar dari zona aman, dengan berpikir hal-hal yang baru, inovatif. De Bono menyebutnya demikian “seseorang tidak dapat menggali lubang di tempat yang berbeda dengan menggali lebih dalam pada lubang yang sama.”

Dengan bahasa lain dapat dimaknai bahwa: seseorang tidak akan menemukan hal-hal yang baru bila berkutat di tempat dan di situasi yang sama. Dalam motivasinya, De Bono menyarankan seseorang harus berani mengambil keputusan untuk keluar dari ‘kotak’ aman itu, temukanlah hal-hal baru, inovasi baru, dan pengalaman baru.

Penjelasan Edward De Bono mengenai berpikir lateral dijelaskan dengan teori “Six Thinking Hats”, berikut: 1) topi putih, berpikir netral dan objektif, 2) Topi merah, lambang perasaan dimana kita berpikir dengan melibatkan emosi dan perasaan seperti halnya: rasa takut, sedih, marah, dan lain-lain. 3) topi hitam, sering dimaknai sebagai warna yang suram dan pesimis, selalu berhati-hati dalam menganalisa dan mengkritisi segala hal. 4) topi kuning sebagai lambang cahaya dan optimismw, selalu menganalisa masalah dari sisi yang positif. 5) Topi hijau punya pola pikir penuh dengan ide-ide baru dan perubahan, dan 6) Topi biru, angkasa adalah lambang di atas segalanya, posisinya paling tinggi. Topi biru memegang kendali kesimpulan, keputusan, serta rencana dan langkah-langkah selanjutnya.

Enam topi diatas dapat dipraktekkan baik pada diri sendiri maupun dalam team, keduanya untuk maksud dan tujuan yang sama, mencapai hasil yang optimal dari berbagai persefektif, pilihan, inovasi, persepsi dan kreasi yang diciptakan.

Edward De Bono menyebut: “Studies have shown that 90% of error in thinking is due to error in perception. If you can change your perception, you can change your emotion and this can lead to new ideas”. Penelitian menunjukkan bahwa 90% kesalahan dalam berpikir disebabkan oleh kesalahan persepsi. Jika anda dapat mengubah persepsi anda, anda dapat mengubah emosi anda dan ini dapat menghasilkan ide-ide baru. (D.Wijaya/gumikbali.co.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *